Kamis, 30 Oktober 2014

cerpen sosial



Ku Mohon



Karya Noviana N.H



 



Aku anak pertama dari 2 bersaudara. Aku terlahir di tengah desa. Aku mempunyai adik yang namanya Karina Safitri. Dia gadis kecil yang cantik, baik, rajin. Wajahnya yang bulat bagaikan rembulan, bulu mata yang lentik, kulit yang seperti sutra, matanya coklat terang memancarkan sinar kehangatan dan suara yang merdu.  Aku dan ibuku sangat menyayangi Karina. Tetapi berbeda dengan ayahku. Aku tidak mengerti mengapa ayahku tidak mau memandangnya atau pun mengajak bicara Karina. Ayah selalu membeda-bedakan aku dengan Karina. Tiap kali ayah melihat aku bermain dengan Karina, beliau selalu melarang dan menyuruhku masuk ke rumah. Seakan-akan ayah menganggap Karina itu bukan bagian dari keluargaku.



                                    ***



“Kalian anak ibu dan ibu tidak akan membedakan kalian Nak, kalian akan selalu jadi yang terbaik untuk ibu.” Ujar ibu seraya tanagannya memeluk kami berdua



“Tapi mengapa ayah tidak menyayangiku bu ? ayah hanya sayang dengan ibu dan kakak.” Tanya Karina dengan nada lirih



“Bukannya ayah tidak sayang denganmu Nak, ayah hanya sibuk dengan pekerjaannya, jadi Karina .....”



“......... Karina jangan berfikir negatif yaaa.” Kata ku menyelesaikan kata-kata ibu



                                    ***



“Kukkuruyuukkk… Kukkkuurrruuuyyuukkk…” Suara ayam jantan yang sedang berkokok dengan gagahnya membangunkan kami di tengah kegelapan pagi. Suasana pagi yang sangat dingin, membuatku enggan untuk beranjak dari tempat tidurku yang hangat. Jam sudah menunjukkan pukul  5 pagi. Ibu selalu membangunkan kami berdua. Kami selalu membantu pekerjaan ibu dan ayah selalu sibuk dengan bunga-bunganya.



“ Karina, sana mandi Dik, kakak setelah kamu aja.” Kataku



“ Iya kak.” Jawabnya



Seperti biasanya ketika kami berdua sedang mandi ibu selalu menyiapkan sarapan. Sebelum berangkat sekolah dan memulai aktivitas kami selalu membiasakan untuk sarapan bersama keluarga terlebih dahulu.



“ Yeeee … nasi goreeeng dengan telur setengah mateng.” Ucap Karina dengan wajah yang amat ceria



“ Ayoo duduk dan kita makan…” kata ibu



“ Ayooo ayooo ,,, udah laper niih buuu, eh tapi ayah mana bu ?.” sambungku menyelesaikan kata-kata ibu



“ Sebentar lagi ayah ke sini kok, ayo kalian makan dulu nanti terlambat loh.” Jawab ibu sambil mengambilkan minum untuk kami



                                    *** usai makan ***



              Aku berangkat dulu ya bu.” Kataku sambil mencium tangan ibu



            “ Iya Nak, hati-hati ya.” Jawab ibuku



           



            Kami bergegas berangkat ke sekolah karena jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Aku kini duduk di bangku SMP kelas 2 dan adikku Karina masih duduk di bangku Sekolah Dasar kelas 2.



 



                        *** ruang tamu ***



            “ Yah , sini makan dulu. Ngurus bunganya nanti lagi.” Teriak ibu



            “ Iyaa bu, sebentar.” Saut ayah



            “ Bu, ayah punya bunga lagi. Bunga itu tidak mahal tapi ayah sangat suka dengan bunga itu. Tolong jaga bunga ayah ya Bu.” Ujar ayah sambil makan



            “ Iya ayah insyaAllah ibu rawat bunga ayah.” Balas ibu dengan senyuman manis



 



                                                ***



            “ Assalamualaikum ibuuu.”



            “ Waalaikumsalam sayang, eh anak ibu udah pulang.”



            “ Bu, aku dapet tugas, suruh membawa satu tanaman. Nanti di rawat di sekolah. Aku boleh membawa  tanaman milik ayah ?’’ mohon Karina



            “ Iya nanti ibu bilang dulu ke ayah ya Nak .”  jawab ibu menyenangkan hati Karina



            Tanpa sengaja karina melewati kamar ayah dan ibu. Karina mendengarkan percakapan anatara mereka berdua. Karina penasaran dengan yang di bicarakan. Di dalam kamar terdengar serius.



            “ pokoknya ayah tidak mengizinkan bunga ayah di minta Karina dan di bawa ke sekolah.” Kata ayah dengan nada keras



            “ tapi yah, bunga ayah kan banyak, kasihkan ke Karina satu saja untuk tugasnya.” Jawab ibu membela Karina



            “ Beli kan bisa. Toko  bunga banyak kan ? “ bentak ayah



            Karina sangat sedih mendengar ucapan ayah. Tak habis fikir mengapa ayahnya begitu membenci dia. Mengapa hanya sekadar bunga ayah tidak mau memberi. Karina nekat akan mengambil buka milik  ayah. 



            “ Buuuuuuu…… .” teriak ayah



            “ Iya yah kenapa teriak ?” jawab ibu sambil berlari mendekat ayah



            “ Ini kemana bunga kesayanganku ?”  Tanya ayah dengan nada keras



            “ Ibu gak tau yah, ayah lupa naruh mungkin. Coba ayah ingat-ingat dulu.” Jawab ibu



            “ mana mungkin aku lupa naruh, jelas-jelas tadi pagi  aku naruh bunga itu di sini bu. Aku yakin aku gak lupa.!” Jawab ayah dengan nada tinggi



            Ayah mulai marah-marah gak jelas dengan hilangnya bunga kesayangan beliau. Ayah mengira bahwa Karina yang mengambil bunganya, karena tadi siang ibu minta izin padanya kalau Karina minta satu jenis bunga untuk tugas sekolah. Emosi ayah semakin tidak stabil.



            “ Kariin…. Kariiinnnnn …… ke sini kamu.!!!!!!! ” teriak  ayah seraya memanggil Karina dengan wajah penuh amarah



            “ Iya ayah. Ada perlu apa? Tumben ayah memanggilku.” Jawab Karina



            “ Jangan ke-pede-an kamu ya.” Bentak ayah



            “ Lalu ? ada apa yah ? ” ujar Karina dengan nada iba



            “ Kamu kan yang mencuri bunga ayah ? Kamu kan ? ” Tanya ayah dengan keras



            “ Bukan Karina yah  .” karina dengan nada bertambah lirih



            “ Jangan bohong kamu Rin, aku tahu kamu sedang butuh bunga untuk tugas sekolahmu kan ? “ Tanya ayah lagi



            Karina berlari menuju ke kamar. Ia menangis karena ayah hanya sayang dengan tanaman. Ia bingung harus jujur atau tetap diam atas perbuatannya. Karina bingung harus menyembunyikan bunga itu dimana.



            Took … took …. Toookkk



            “ Dik, kamu kenapa ? kok nangis ? ” Tanyaku



            “ Aku gag kenapa-kenapa kok Ka.” Jawab adikku



            “ Jujur aja sama kakak. Kakak tau kok kamu lagi sedih, itu mata kamu merah pasti habis nangis kan ?” kataku



            “ Ini kak, aku ngambil bunganya ayah lalu ayah marah besar denganku.” Ujar adikku



            “ Lalu sekarang bunganya dimana ?  kembalikan sama ayah yuk, bilang jujur ke ayah. Pasti ayah membolehkan.” Kataku dengan memberi nasihat kepadanya



            “ Tapi aku takut kak sama ayah. Takut kalau ayah marah denganku.” Jawabnya



            “ Aku percaya kok Karina orangnya jujur.” Kataku lagi



 



                        ***



            Aku bergegas pergi meninggalkan kamar Karina. Aku memang sengaja meninggalkan Karina sendirian. Aku membiarkan Karina untuk menenangkan hati dan fikirannya. Aku tahu apa yang dia rasakan.



            “ Yah, Karina mau bicara.” Ujar Karina dengan gugup



            “ Mau bicara apa kamu ? ” bentak ayah



            “ Ini Yah ….”



            “ …… Ini apa ? gak usah basa basi.” Meneruskan kata Karina



            “ Aku mau jujur dengan ayah, kalau aku yang ngambil bunga ayah. Tapi Karin gak bermaksud untuk mencuri yah.” Kata Karina seraya menundukkan kepala



            “ Jadi kamu malingnya ? Tanya ayah dengan marah



            Menundukkan kepala “ maafkan Karina Yah.”



 



                        ***



 



            Ayah kelihatan sangat marah dengan pernyataan Karina. Ayah menjadi lebih membenci Karina. Ayah berjalan ke belakang rumah dan mengambil sebatang ranting pohon. Ayah kembali ke dalam rumah dengan wajah yang masih sangat terlihat marah.



                        “ Kariiiiiiiinnnn ….. Ke sini kau.” Teriak ayah memanggil Karina



                        Karina berjalan menunduk ke hadapan ayah. Karina takut dengan ayah. Terdengar dengan jelas suara ayah yang sedang marah. Karina hanya bisa nangis di tiap langkahnya. Karina duduk di bawah ayah. Ayah seraya langsung berdiri dan memukul Karina dengan sebatang kayu yang beliau ambil.



                        Buuukkk….buuukkkk



            Suara batang pohon yang di pukulkan pada kaki Karina. Karina hanya bisa menangis dengan menyebut kata maaf berharap ayah menghentikan pukulan yang dilakukan. Aku dan Ibu seketika mendengar suara tangisan Karina yang semakin keras dan kata maaf.  Kami bergegas lari menuju sumber suara tangis. Kami terkejut melihat yangdilakukan ayah kepada Karina.



 



            “ Hentikan Ayah!. ”Bentakku secara tiba-tiba



            Ibu menangis dan memeluk Karina yang kesakitan. Tak habis fikir seorang ayah kandung yang tega memukuli anak hanya masalah bunga.



            “ Hanya karna bunga kamu tega memukuli anak kandungmu Yah ? Ayah macam apa kamu? Tega menyakiti anakmu hanya karna hal sepele.! ” ucap ibu dengan nada keras seraya menangis memeluk Karina



            “ Kenapa Yah ? Kenapa ayah tega memukuli Karina? Dia anak kandungmu Yah. Dia darah dagingmu sendiri.” Tambahku



            “ Ada apa dengan bunga itu ? jangan-jangan itu bunga dari selingkuhan ayah ? Iya Yah ? Jawab ! “ bentak ibu



             Ayah pergi ke kamar utama tanpa mengucap satu kata apapun. Karina masih menangis kesakitan. Ibu yang masih memeluk Karina di ruanng tengah.



 



                                                *** malam hari ***



            “ Nak, ayah minta maaf sama kamu. Ayah sudah memukuli kamu, ayah sudah menjadi ayah yang tidak baik, ayah sudah durhaka sama kamu.” Ujar ayah dengan memeluk Karina di kamar



            “ Iya ayah, terima kasih sudah memluk Karin. Karin seneng banget ayah mau memeluk aku. Aku juga saying sama ayah, jangan pernah membenciku lagi ya yah ? jawab Karina dengan wajah penuh permohonan



            “ Iya Nak, ayah ibu dan kakak akan selalu saying dengan Karina.” Tambah Ibu



            “ eehh ,,, ehhh ,, eehhh tunggu dulu, “ sautku  “bagaimana kalau ayah membelikan kita es cream. Itung-itung sebagai tanda minta maaf Yah.”



            “ Yaaah, jadi ayah deh yang kena.” Jawab ayah “ tapi iya deh ayah mau tlaktir kalian makan dan es cream sepuas kalian malam ini juga.”



            “ yeeee yeeeee.” Ucap Karina



 



             Lalu kami masuk ke dalam mobil dan menuju ke rumah makan. Indah sekali mempunyai keluarga yang damai dan rukun. Suasana seperti ini yang aku inginkan sejak dulu. Terima kasih Tuhan engkau telah mengabulkan do’a ku selama ini, gumamku dalam hati.



 



                                                *** TAMAT ***



 

 

Template Design By:
SkinCorner