skip to main |
skip to sidebar
cerpen sosial
Ku
Mohon
Karya Noviana N.H
Aku
anak pertama dari 2 bersaudara. Aku terlahir di tengah desa. Aku mempunyai adik
yang namanya Karina Safitri. Dia gadis kecil yang cantik, baik, rajin. Wajahnya
yang bulat bagaikan rembulan, bulu mata yang lentik, kulit yang seperti sutra, matanya coklat terang memancarkan sinar
kehangatan
dan
suara yang merdu. Aku dan ibuku sangat
menyayangi Karina. Tetapi berbeda dengan ayahku. Aku tidak mengerti mengapa
ayahku tidak mau memandangnya atau pun mengajak bicara Karina. Ayah selalu
membeda-bedakan aku dengan Karina. Tiap kali ayah melihat aku bermain dengan
Karina, beliau selalu melarang dan menyuruhku masuk ke rumah. Seakan-akan ayah
menganggap Karina itu bukan bagian dari keluargaku.
***
“Kalian
anak ibu dan ibu tidak akan membedakan kalian Nak, kalian akan selalu jadi yang
terbaik untuk ibu.” Ujar ibu seraya
tanagannya memeluk kami berdua
“Tapi
mengapa ayah tidak menyayangiku bu ? ayah hanya sayang dengan ibu dan kakak.”
Tanya Karina dengan nada lirih
“Bukannya
ayah tidak sayang denganmu Nak, ayah hanya sibuk dengan pekerjaannya, jadi
Karina .....”
“.........
Karina jangan berfikir negatif yaaa.” Kata ku menyelesaikan kata-kata ibu
***
“Kukkuruyuukkk…
Kukkkuurrruuuyyuukkk…” Suara ayam jantan yang sedang berkokok dengan gagahnya
membangunkan kami
di tengah kegelapan pagi. Suasana pagi yang sangat dingin, membuatku enggan
untuk beranjak dari tempat tidurku yang hangat. Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Ibu
selalu membangunkan kami berdua. Kami selalu membantu pekerjaan ibu dan ayah
selalu sibuk dengan bunga-bunganya.
“ Karina, sana mandi Dik, kakak setelah kamu aja.”
Kataku
“ Iya kak.” Jawabnya
Seperti biasanya ketika kami berdua sedang mandi ibu
selalu menyiapkan sarapan. Sebelum berangkat sekolah dan memulai aktivitas kami
selalu membiasakan untuk sarapan bersama keluarga terlebih dahulu.
“ Yeeee … nasi goreeeng dengan telur setengah mateng.”
Ucap Karina dengan wajah yang amat ceria
“ Ayoo duduk dan kita makan…” kata ibu
“ Ayooo ayooo ,,, udah laper niih buuu, eh tapi ayah
mana bu ?.” sambungku menyelesaikan kata-kata ibu
“ Sebentar lagi ayah ke sini kok, ayo kalian makan
dulu nanti terlambat loh.” Jawab ibu sambil mengambilkan minum untuk kami
***
usai makan ***
“ Aku berangkat dulu ya bu.” Kataku sambil
mencium tangan ibu
“ Iya
Nak, hati-hati ya.” Jawab ibuku
Kami
bergegas berangkat ke sekolah karena jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh
pagi. Aku kini duduk di bangku SMP kelas 2 dan adikku Karina masih duduk di
bangku Sekolah Dasar kelas 2.
***
ruang tamu ***
“ Yah
, sini makan dulu. Ngurus bunganya nanti lagi.” Teriak ibu
“
Iyaa bu, sebentar.” Saut ayah
“ Bu,
ayah punya bunga lagi. Bunga itu tidak mahal tapi ayah sangat suka dengan bunga
itu. Tolong jaga bunga ayah ya Bu.” Ujar ayah sambil makan
“ Iya
ayah insyaAllah ibu rawat bunga ayah.” Balas ibu dengan senyuman manis
***
“
Assalamualaikum ibuuu.”
“
Waalaikumsalam sayang, eh anak ibu udah pulang.”
“ Bu,
aku dapet tugas, suruh membawa satu tanaman. Nanti di rawat di sekolah. Aku
boleh membawa tanaman milik ayah ?’’
mohon Karina
“ Iya
nanti ibu bilang dulu ke ayah ya Nak .”
jawab ibu menyenangkan hati Karina
Tanpa
sengaja karina melewati kamar ayah dan ibu. Karina mendengarkan percakapan
anatara mereka berdua. Karina penasaran dengan yang di bicarakan. Di dalam
kamar terdengar serius.
“
pokoknya ayah tidak mengizinkan bunga ayah di minta Karina dan di bawa ke
sekolah.” Kata ayah dengan nada keras
“
tapi yah, bunga ayah kan banyak, kasihkan ke Karina satu saja untuk tugasnya.”
Jawab ibu membela Karina
“
Beli kan bisa. Toko bunga banyak kan ? “
bentak ayah
Karina
sangat sedih mendengar ucapan ayah. Tak habis fikir mengapa ayahnya begitu
membenci dia. Mengapa hanya sekadar bunga ayah tidak mau memberi. Karina nekat
akan mengambil buka milik ayah.
“ Buuuuuuu……
.” teriak ayah
“ Iya
yah kenapa teriak ?” jawab ibu sambil berlari mendekat ayah
“ Ini
kemana bunga kesayanganku ?” Tanya ayah
dengan nada keras
“ Ibu
gak tau yah, ayah lupa naruh mungkin. Coba ayah ingat-ingat dulu.” Jawab ibu
“
mana mungkin aku lupa naruh, jelas-jelas tadi pagi aku naruh bunga itu di sini bu. Aku yakin aku
gak lupa.!” Jawab ayah dengan nada tinggi
Ayah
mulai marah-marah gak jelas dengan hilangnya bunga kesayangan beliau. Ayah
mengira bahwa Karina yang mengambil bunganya, karena tadi siang ibu minta izin
padanya kalau Karina minta satu jenis bunga untuk tugas sekolah. Emosi ayah
semakin tidak stabil.
“
Kariin…. Kariiinnnnn …… ke sini kamu.!!!!!!! ” teriak ayah seraya memanggil Karina dengan wajah
penuh amarah
“ Iya
ayah. Ada perlu apa? Tumben ayah memanggilku.” Jawab Karina
“
Jangan ke-pede-an kamu ya.” Bentak ayah
“
Lalu ? ada apa yah ? ” ujar Karina dengan nada iba
“
Kamu kan yang mencuri bunga ayah ? Kamu kan ? ” Tanya ayah dengan keras
“
Bukan Karina yah .” karina dengan nada
bertambah lirih
“
Jangan bohong kamu Rin, aku tahu kamu sedang butuh bunga untuk tugas sekolahmu
kan ? “ Tanya ayah lagi
Karina berlari menuju ke kamar. Ia
menangis karena ayah hanya sayang dengan tanaman.
Ia bingung harus jujur atau tetap diam atas perbuatannya. Karina bingung harus
menyembunyikan bunga itu dimana.
Took
… took …. Toookkk
“
Dik, kamu kenapa ? kok nangis ? ” Tanyaku
“ Aku
gag kenapa-kenapa kok Ka.” Jawab adikku
“
Jujur aja sama kakak. Kakak tau kok kamu lagi sedih, itu mata kamu merah pasti
habis nangis kan ?” kataku
“ Ini
kak, aku ngambil bunganya ayah lalu ayah marah besar denganku.” Ujar adikku
“
Lalu sekarang bunganya dimana ?
kembalikan sama ayah yuk, bilang jujur ke ayah. Pasti ayah membolehkan.”
Kataku dengan memberi nasihat kepadanya
“
Tapi aku takut kak sama ayah. Takut kalau ayah marah denganku.” Jawabnya
“ Aku
percaya kok Karina orangnya jujur.” Kataku lagi
***
Aku
bergegas pergi meninggalkan kamar Karina. Aku memang sengaja meninggalkan Karina
sendirian. Aku membiarkan Karina untuk menenangkan hati dan fikirannya. Aku
tahu apa yang dia rasakan.
“
Yah, Karina mau bicara.” Ujar Karina dengan gugup
“ Mau
bicara apa kamu ? ” bentak ayah
“ Ini
Yah ….”
“ ……
Ini apa ? gak usah basa basi.” Meneruskan kata Karina
“ Aku
mau jujur dengan ayah, kalau aku yang ngambil bunga ayah. Tapi Karin gak
bermaksud untuk mencuri yah.” Kata Karina seraya menundukkan kepala
“
Jadi kamu malingnya ? Tanya ayah dengan marah
Menundukkan
kepala “ maafkan Karina Yah.”
***
Ayah
kelihatan sangat marah dengan pernyataan Karina. Ayah menjadi lebih membenci
Karina. Ayah berjalan ke belakang rumah dan mengambil sebatang ranting pohon. Ayah
kembali ke dalam rumah dengan wajah yang masih sangat terlihat marah.
“
Kariiiiiiiinnnn ….. Ke sini kau.” Teriak ayah memanggil Karina
Karina
berjalan menunduk ke hadapan ayah. Karina takut dengan ayah. Terdengar dengan
jelas suara ayah yang sedang marah. Karina hanya bisa nangis di tiap
langkahnya. Karina duduk di bawah ayah. Ayah seraya langsung berdiri dan
memukul Karina dengan sebatang kayu yang beliau ambil.
Buuukkk….buuukkkk
Suara
batang pohon yang di pukulkan pada kaki Karina. Karina hanya bisa menangis
dengan menyebut kata maaf berharap ayah menghentikan pukulan yang dilakukan.
Aku dan Ibu seketika mendengar suara tangisan Karina yang semakin keras dan kata
maaf. Kami bergegas lari menuju sumber
suara tangis. Kami terkejut melihat yangdilakukan ayah kepada Karina.
“
Hentikan Ayah!. ”Bentakku secara tiba-tiba
Ibu
menangis dan memeluk Karina yang kesakitan. Tak habis fikir seorang ayah
kandung yang tega memukuli anak hanya masalah bunga.
“
Hanya karna bunga kamu tega memukuli anak kandungmu Yah ? Ayah macam apa kamu?
Tega menyakiti anakmu hanya karna hal sepele.! ” ucap ibu dengan nada keras
seraya menangis memeluk Karina
“
Kenapa Yah ? Kenapa ayah tega memukuli Karina? Dia anak kandungmu Yah. Dia
darah dagingmu sendiri.” Tambahku
“ Ada
apa dengan bunga itu ? jangan-jangan itu bunga dari selingkuhan ayah ? Iya Yah
? Jawab ! “ bentak ibu
Ayah pergi ke kamar utama tanpa mengucap satu
kata apapun. Karina masih menangis kesakitan. Ibu yang masih memeluk Karina di
ruanng tengah.
***
malam hari ***
“
Nak, ayah minta maaf sama kamu. Ayah sudah memukuli kamu, ayah sudah menjadi
ayah yang tidak baik, ayah sudah durhaka sama kamu.” Ujar ayah dengan memeluk
Karina di kamar
“ Iya
ayah, terima kasih sudah memluk Karin. Karin seneng banget ayah mau memeluk
aku. Aku juga saying sama ayah, jangan pernah membenciku lagi ya yah ? jawab
Karina dengan wajah penuh permohonan
“ Iya
Nak, ayah ibu dan kakak akan selalu saying dengan Karina.” Tambah Ibu
“
eehh ,,, ehhh ,, eehhh tunggu dulu, “ sautku
“bagaimana kalau ayah membelikan kita es cream. Itung-itung sebagai
tanda minta maaf Yah.”
“
Yaaah, jadi ayah deh yang kena.” Jawab ayah “ tapi iya deh ayah mau tlaktir
kalian makan dan es cream sepuas kalian malam ini juga.”
“
yeeee yeeeee.” Ucap Karina
Lalu kami masuk ke dalam mobil dan menuju ke
rumah makan. Indah sekali mempunyai keluarga yang damai dan rukun. Suasana
seperti ini yang aku inginkan sejak dulu. Terima kasih Tuhan engkau telah
mengabulkan do’a ku selama ini, gumamku dalam hati.
***
TAMAT ***
hehe
BalasHapus